Docotel Official Blog
docotel official blog - IoT Bikin Sepatu Compass jadi Tuan di Negeri Sendiri

IoT Bikin Sepatu Compass jadi Tuan di Negeri Sendiri

Ada yang belum tahu sepatu Compass? Okay! Tim penulis akan kasih tahu kamu kenapa keberadaan sepatu ini layak diperbincangkan.

Compass adalah merek sepatu asal Bandung yang sebenarnya sudah lahir sejak 1998 di tangan Gunawan Kahar. Karena berbagai faktor internal ditambah kondisi pasar yang saat itu masih mengagungkan brand impor, Compass sempat stuck dan tak terdengar di lini fesyen Indonesia. Namun, musim berganti… Tepat dua dekade sejak kelahirannya, Compass unjuk taring.

Di 2018, Compass mulai jadi merek asli Indonesia yang namanya sering diberitakan. Compass wara-wiri di pasar Indonesia dengan wajah baru. Ada banyak pihak yang bekerja menyukseskan proses perbaikan marketing dan rebranding Compass, salah satunya ialah Aji Handoko yang didapuk sebagai Creative Director. Sederet pihak lain juga ikut mendukung gaung Compass ke penjuru negeri. Konsep rebranding yang diusung sejalan dengan perkembangan zaman digital dan minat masyarakat yang didominasi kalangan milenial.

The Power of Social Media

I.N.T.E.R.N.E.T, do your magic!

Yeah, siapa sih yang saat ini nggak paham internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut hingga Juni 2019 tercatat ada 171 juta pengguna internet di Indonesia. Setiap tahun pengguna internet tumbuh 10,2 persen atau 27 juta jiwa. Dari angka tersebut, sekitar 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses media/jejaring sosial. Internet menjadi sebuah eksistensi. Aktivitas digital mampu mewujudkan mimpi-mimpi.

Compass memang bukan satu-satunya yang memanfaatkan era internet ini untuk mengembangkan bisnis. Ada banyak merek lokal lain yang juga berjuang mengembangkan sayap lewat internet. Bedanya, Compass tepat membuat strategi bisnis bertandem dengan style. Melalui media sosial, kualitas sepatu Compass digadang-gadang memberi kenyamanan level internasional dengan material twill yang tidak setebal kanvas, lebih lentur, dan tentu saja dengan desain simpel tapi memikat selera anak muda.  Jadi, ini bukan soal merealisasikan idealisme tanpa cuan, atau sebaliknya, sekadar mengejar keuntungan bisnis tanpa memberi pengaruh apapun.

Langkah rebranding Compass pun ibarat sepaket lengkap “permainan” jejaring sosial, mulai dari memilih platform hingga menggandeng para influencer. Compass memutuskan banyak bermain di Instagram dan YouTube. Unggahan pertama @sepatucompass di Instagram pada 31 Agustus 2018 merupakan repost dari akun seorang model sekaligus influencer @bryantbrian yang menginformasikan dirinya telah me-review koleksi Compass Gazzele di akun YouTube miliknya. Meski Compass tidak memiliki akun YouTube sendiri, tapi ada banyak akun dengan konten mengenai sepatu Compass yang dapat kita temui di sana.

Instagram telah berperan besar dalam mengumpulkan para sneakerhead. Penggila sneakers terpincut strategi pemasaran Compass melalui unggahan-unggahan informasi dan kegiatan yang diadakan. Bahkan, hanya dengan menginformasikan lewat media sosial, pada Agustus 2019 ada 7000 orang yang mendaftarkan diri secara online di website Compass untuk bisa menghadiri perilisan offline koleksi Research & Destroy. Namun, hanya 800 orang yang terpilih untuk mengikuti rangkaian acara tersebut dan hanya ada 180 pasang sepatu (Proto 1) yang bisa diperoleh audiens dengan cara silent raffle—semua audiens memakai headphone untuk mendengarkan apakah namanya disebut oleh influencer favorit sebagai pemenang undian sepatu tersebut.

Satu kata; WOW! Strategi pemasaran yang menarik.

Bersahabat dengan Penjual Bendera hingga Najwa Shihab

Ada konsep yang jelas, ada teknologi dan media yang tepat, juga ada para penggerak, setidaknya itulah yang membuat nama Compass melejit. Tak main-main, Compass merangkul serta menjalin pertemanan dengan semua kalangan masyarakat dan menyebutnya sebagai #temancompass. Lagi-lagi tiap gerak-gerik Compas bersama teman-teman terpublikasi melalui media sosial.

Menjelang ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia lalu, Compass membagi beberapa pasang sepatunya kepada figur-figur pilihan dalam rangka mengampanyekan #compassuntuksemua. Pada program kampanye ini, masyarakat digugah rasa persaudaraan juga  kecintaannya sebagai bagian dari Indonesia dan warganet boleh merekomendasikan figur di sekitarnya yang dianggap membutuhkan sepatu baru dengan menceritakan biografi singkatnya melalui e-mail. Maka, dapat dilihat pada beberapa unggahan di Instagram, Compass telah memilih di antaranya penjual bendera, tukang becak, juga penyapu jalanan ibukota Jakarta untuk memiliki sepatu Compass.

Ide-ide kampanye terus mengalir. Di sisi lain, Compass menggaet sederet nama keren di dunia fesyen, musik, bahkan tokoh publik sekelas Najwa Shihab. Figur-figur ini di bidang digital marketing disebut influencer juga Key Opinion Leader (KOL). Ya, mereka berperan memberi pengaruh untuk meningkatkan penjualan juga menguatkan kesadaran atas brand/merek.  

Tirta Mandira Hudhi, seorang dokter sekaligus influencer yang getol mengampanyekan produk lokal kerap menjelaskan bagaimana merek lokal perlu didukung dan “disayang layaknya anak” karena sejarah dan kualitasnya tidak kalah dengan merek luar negeri. Dokter Tirta sadar dirinya memiliki basis massa yang kuat di media sosial, oleh karena itu ia membuat kampanye #Local Pride di berbagai forum dan unggahan untuk banyak merek, termasuk Compass.

Berkat figur-figur seperti dr. Tirta, Compass dan merek-merek lokal lainnya “naik takhta”. Apalagi, idola sejuta umat Najwa Shihab pun ga ketinggalan ikut andil dengan mejeng menggunakan sepatu Compass aneka seri. Coba saja cek akun Instagram @najwashihab, cukup sering dirinya mengunggah foto sedang mengenakan sepatu Compass. Bahkan, pekan ini Najwa menyatakan Compass sebagai salah satu kawan perjalanan program Mata Najwa. Dan Compass memberi kado untuk  #1DekadeMataNajwa dengan membuatkan 10 sneakers yang didesain dan diproduksi dengan beragam detail khusus, seperti warna, label, dan 10 logo mata yang merepresentasikan 10 tahun perjalanan Mata Najwa.

Berbisnis Pakai Internet Wajib Manfaatkan E-commerce

Dalam bisnis, nama yang lejit juga dapat dibuktikan dengan kuantitas penjualan. Compass dijuluki “sepatu gaib” saking susahnya didapat, harus berebut dengan jutaan umat. Koleksi Compass Gazelle Red Gum yang dirilis melalui Instagram Story pada 21 Mei 2019 pukul 15.00 WIB habis terjual pada pukul 15.03 WIB atau hanya dalam 3 menit.

Animo yang luar biasa ini sebenarnya sudah difasilitasi dengan proses pembelian yang bisa diakses melalui website Compass dan e-commerce Bukalapak. Namun, tetap saja Compass kewalahan menghadapi permintaan yang membeludak hingga seringkali mengalami server down. Banyak calon pembeli yang kecewa karena berkali-kali gagal mendapatkan sepatu incarannya. Akhirnya, kini Compass melakukan kerjasama eksklusif dengan Tokopedia. Dalam informasi yang diunggah, Compass menjamin adanya fitur-fitur kerja sama dengan Tokopedia yang mampu setidaknya mengatasi lima permasalahan yang selama ini menghambat bisnis mereka: perataan distribusi, sweeping terhadap reseller nakal, pemberantasan merek tiruan, pembatalan pembelian ganda, juga penanggulangan BOT. 

Tim penulis memang hanya dapat berkisah lewat artikel ini, tapi semoga kita semua semua dapat belajar tentang bagaimana memanfaatkan perkembangan media digital secara positif. Menjadi maju dan melek teknologi bukan berarti menghilangkan jati diri bangsa dan negara. Bahkan sesungguhnya kita semua dapat berkontribusi membuat Indonesia mendunia dengan internet dan kreativitas. Support Local Products! #LocalPride

Baca Juga: Docotel Group Bedah Penerapan IoT Bersama Sigfox Indonesia dan PT Inti Bisa Fintech

Tentang Docotel

Docotel 4.0 meliputi tim yang berdedikasi, berpengalaman, dan ahli dalam menyediakan produk dan solusi yang bernilai tinggi di semua industri. Kami hadir dengan visi mengatasi permasalahan sehingga dapat menciptakan pengalaman terbaik bagi klien.

Avatar photo

teresa iswara

Add comment

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.

Most discussed

Advertisement