Sudah cek unggahan terbaru di akun Instagram, Facebook, atau LinkedIn Docotel Group? Pernah penasaran nggak, siapa sih yang menjalankan akun-akun tersebut? #DocoProfile kali ini akan mengupas seputar media sosial dan apa saja yang dikerjakan “mimin” Docotel Group dengan perannya sebagai seorang Social Media Officer.
Media Sosial: Kebutuhan yang Kekinian
Social Media Officer bukanlah pekerjaan yang dituju Ismi saat baru bergabung di Docotel Grup pada 2016. Di Divisi Creative, mulanya Ismi menjalankan tanggung jawab untuk menulis artikel di blog perusahaan sebagai seorang Content Writer. Satu tahun berlalu, kemampuan Ismi diarahkan untuk mengelola berbagai akun media sosial Docotel Group.
Si Sarjana Sosial ini punya skill yang patut diperhitungkan dalam melakukan analisis, riset tren, dan mengolah data juga kata hingga menjadi suatu story telling atau copy writing yang menarik. Social Media Officer seperti Ismi memang dituntut untuk bisa membawa pesan perusahaan ke publik melalui konten yang kekinian di dunia digital. “Kita harus membuat bridging, kita harus memanusiakan brand. Misalnya, saat ini kita membutuhkan teknologi, kenapa kita butuh itu, dan apa efeknya, dengan begitu konsumen pasti lebih tertarik untuk membaca,” jelas Ismi.
Perencanaan yang baik saat menggarap sebuah konten juga penting untuk dilakukan. Memainkan media sosial tak boleh asal-asalan karena dampak positif maupun negatif dari setiap unggahan amat masif. Coba bayangkan saja, jika akun Instagram Docotel Group tiba-tiba saja mengunggah berita mengenai kehidupan artis yang sedang viral. Duh, nggak nyambung, dong! “Menaikkan konten di media sosial tidak bisa sembarangan jika ingin mendapatkan engagement atau feedback dari orang. Di balik posting itu ada hal-hal yang harus diperhatikan juga,” tegas Ismi kepada tim penulis.
Peran Penting Sosial Media Officer
Pemanfaatan media sosial yang tepat mampu meningkatkan branding perusahaan dan menjadi bentuk pertahanan diri di tengah persaingan. Ismi menilai media sosial sebagai salah satu “senjata” bagi perusahaan untuk mengembangkan peluang-peluang baru di era digital ini. “Media sosial membuat konsumen merasa dekat dengan brand-nya sekaligus mempererat hubungan dengan perusahaan,” tuturnya.
Meski tidak memiliki latar belakang akademik dalam bidang marketing, tapi Ismi menuntut dirinya untuk paham bagaimana “merawat” akun-akun media sosial Docotel Group. Ada beberapa hal yang setiap hari ia implementasikan untuk memastikan konten yang akan diunggah mampu menjaga komunikasi dengan audiens serta meningkatkan reputasi perusahaan.
1. Menyiapkan Konten
Langkah pertama yang perlu dilakukan saat akan membuat sebuah konten adalah mengecek tren. Hal ini penting untuk membantu penentuan topik yang akan diangkat. Biasanya Ismi mengunjungi akun-akun Instagram atau portal berita online yang sejalan dengan karakter Docotel Group, lalu mencatat hal-hal menarik yang sekiranya bisa dijadikan topik. Ismi tidak pernah sungkan untuk meminta pendapat dan pertimbangan dari rekan-rekan di timnya. Brain storming memang secara rutin dilakukan tim Content dan Social Media agar dapat saling mendapat insight dan menginspirasi.
Jika sudah menemukan topik yang tepat, Ismi meramu data-data hasil riset hingga menjadi konten yang ciamik. Social Media Officer juga bertugas menentukan bentuk unggahan, misalnya video, foto, infografik, atau banner. “Social Media Officer dapat menentukan apakah konsep banner (pada Instagram) akan berupa carousel yang swipe ke kanan atau infografik yang memuat runtutan kejadiannya,” papar Ismi.
Caption juga menjadi tanggung jawab Social Media Officer untuk melengkapi kesempurnaan unggahannya. Menurut Ismi tidak ada resep khusus pada tahap yang satu ini, tapi pastikan untuk memperhatikan tata cara atau gaya penulisan karena setiap platform media sosial memiliki karakteristik yang berbeda. Sering membaca dan mengulik kata-kata menjadi pendukung terciptanya caption yang menarik warganet.
Jangan lupa sertakan hashtag yang dapat dapat mempermudah warganet dalam menemukan unggahan kita. Berkunjung ke portal Hastagforlikes bisa menjadi salah satu trik untuk menemukan hashtag yang tepat, caranya ketik kata kunci yang memiliki keterkaitan dengan produk atau bisnis perusahaan. “Atau bisa juga nulis keyword di platform media sosial misalnya di Instagram, setelah itu cari recent yang paling awal. Di sana bisa tahu hashtag yang digunakan apa saja,” tambah Ismi.
2. Menghitung Engagement Rate
Selain konten, tugas Ismi juga terkait dengan engagement rate atau tingkat keterikatan yang dihasilkan dari konten yang diunggahnya. Engagement rate menjadi salah satu sumber informasi atas kualitas suatu akun media sosial. Apabila hasil perhitungan engagement-nya besar, maka bisa diartikan antusiasme pada akun media sosial tersebut cukup tinggi dan konten yang dibuat sesuai dengan kebutuhan warganet.
Ismi mengingatkan mengenai engagement yang berbeda dengan reach. Pada media sosial, reach merupakan sejauh mana suatu brand sampai atau dekat dengan masyarakat. Sementara engagement, sejauh mana masyarakat berinteraksi dengan akun media sosial. “Intinya tidak akan reach (terjangkau) kalau tidak ada engagement,” pungkas Ismi.
Lalu, gimana sih cara menghitung engagement rate pada media sosial? Cukup gampang, kok, karena pada dasarnya setiap platform sudah menyertakan tools untuk menghitungnya. Yuk, kita coba hitung engagement rate suatu unggahan di Instagram dengan formula “total aktivitas respon (meliputi comments, share, likes, dan click) dibagi total reach dikali 100%”.
Formula ini akan menghasilkan engagement dalam satu periode tertentu. Setelah mendapatkan hasil, cari tahu berada di tingkat mana engagement akun Instagram itu dengan melihat pedoman berikut.
Kurang dari 1% = low engagement rate
Antara 1% dan 3.5% = average/good engagement rate
Antara 3.5% dan 6% = high engagement rate
Di atas 6% = very high engagement rate
“Pokoknya jika hasilnya 1-3% itu baik. Di atas 3% berarti kualitas banget akunnya. Sementara, kalau di bawah 1% berarti audiensnya kurang terlibat dengan konten-konten yang dibuat. Bisa juga lewat phlanx.com, portal yang menyediakan layanan perhitungan engagement secara keseluruhan,” jelas Ismi.
Serunya Jadi Social Media Officer
Meski secara teori tugas-tugas Social Media Officer dapat dipelajari siapa saja, tapi ada kualitas diri yang terukur dalam dedikasi—yang tidak semua individu mampu menjalaninya. Ismi menceritakan bagaimana ia cukup sering berhadapan dengan tantangan. Misalnya, harus tetap meluangkan waktu untuk membuat dan menayangkan sebuah konten meski di hari libur atau cuti.
Kadang Ismi juga harus berbesar hati memaklumi dengan bijak saat ada yang berkomentar negatif pada konten yang dibuatnya atau beranggapan bahwa media sosial hanya ranah pekerjaan yang mudah dilakukan. “Mereka mungkin nggak tahu kalau treatment setiap platform media sosial itu berbeda. Bahkan, kalau dijelaskan mereka juga nggak peduli, karena mereka hanya tahu konten jadinya saja. Kita harus tegak, setegak perusahaan dalam artian jangan sakit hati,” curhatnya.
Di belakang beragam tantangan yang harus dihadapi, ada hal positif yang dituai Ismi. Ia belajar untuk terus menggali potensi dengan mencari wawasan baru terkait pengelolaan media sosial yang baik. Di akhir perbicangan, Ismi berpesan bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang Social Media Officer “Kelihatanya gampang, terlihat seperti main HP terus. Padahal banyak yang harus dipikirkan, jangan anggap mudah pekerjaan ini,” tutup Ismi.
Baca Juga: HC Payroll, Si Pengawal Keselamatan Gaji Bulananmu
Tentang Docotel
Docotel 4.0 meliputi tim yang berdedikasi, berpengalaman, dan ahli dalam menyediakan produk dan solusi yang bernilai tinggi di semua industri. Kami hadir dengan visi mengatasi permasalahan sehingga dapat menciptakan pengalaman terbaik bagi klien.
Add comment