“Banjir lagi.. banjir lagi! Mau sampai kapan seperti ini?!”
Keluhan ini sering kita dengar ketika musim hujan datang. Kehadiran banjir seakan menjadi momok yang menghambat aktivitas, menghentikan moda transportasi, bahkan berimbas pada sektor perekonomian masyarakat. Padahal, selain karena intensitas hujan yang tinggi, ternyata eksploitasi alam yang konstan, efek rumah kaca, hingga tidak adanya kawasan penyerapan air juga menjadi komponen pendukung munculnya banjir yang belakangan terjadi di kota-kota besar maupun daerah penyangga.
Menurut Bank Dunia, pada 2019 banjir mewakili 43% dari semua bencana alam yang tercatat dalam dua puluh tahun terakhir. Sebagai bukti, pada Oktober 2019 setidaknya 25.000 hektar wilayah Honshu, Jepang terkena banjir setelah kedatangan Topan Hagibis yang mematikan disertai hujan dan angin kencang. Di Argentina, banjir singgah di 12 provinsi disebabkan badai dan hujan dengan intensitas tinggi pada April 2019. Sementara itu di Indonesia, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat 757 banjir dari 3721 bencana alam yang terjadi sepanjang 2019.
Diperlukan solusi untuk mengatasi keresahan masyarakat atas kondisi ini. Dalam jurnal berjudul “Natural Disaster Monitoring Alert Using IoT” yang digarap oleh Narendra Khedkar, Prerana Jagdale, Pallavi Mhaisane, dan Prof. Madhuri Badole disebutkan bahwa bencana alam dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan pada manusia. Bencana alam seperti tsunami, topan, atau banjir tidak bisa dikendalikan, tetapi dapat dicegah dengan mengambil langkah-langkah tertentu sehingga kerusakan yang disebabkan tidak terlalu besar. Salah satu yang bisa diupayakan adalah dengan mengembangkan aplikasi android peringatan dini dengan desain yang user friendly bagi para pengguna.
Alert Message adalah pesan teks dan layanan notifikasi berbasis Android yang dirancang pertama kali untuk menyiarkan berita saat bencana alam akan terjadi kepada pengguna di India. Modul yang dilengkapi dengan pengiriman status ketinggian air ini diharapkan dapat membantu para pengguna untuk mencegah dan mengurangi kerugian akibat bencana alam. Aplikasi ini juga memiliki fitur pemantauan kemajuan evakuasi secara berkala sehingga pengguna dapat segera mengambil langkah untuk mencapai ke tempat yang lebih aman.
Sebelum pengguna mendapatkan informasi peringatan tentang bencana, sistem akan menerima data dari sensor yang terpasang di beberapa titik rawan bencana. Data-data yang diterima akan tersimpan di sebuah database dan dihubungkan melalui Wireless Sensor Network (WSN) untuk dianalisis. Nah, jika permukaan air atau tingkat getaran bumi lebih dari batas normal maka sistem akan memberikan peringatan kepada pengguna terdekat dari lokasi yang memiliki potensi tertimpa bencana.
Perkembangan penerapan Internet of Things (IoT) di berbagai negara yang memungkinkan kita dapat memantau potensi bencana banjir dapat kita temukan pada perangkat teknologi lainnya sebagai berikut.
1. Flood4Cast
Teknologi IoT jelas sangat bermanfaat jika dapat memprediksi banjir dan dampaknya lebih awal. Seperti Flood4Cast, sebuah sistem berbasis IoT yang dikembangkan dari hasil kolaborasi beberapa perusahaan di Belgia, yang menawarkan layanan informasi darurat sehingga kita dapat lebih mengatisipasi kemungkinan terjadinya banjir. Aplikasi ini juga dapat membantu kita menghindari dan mengurangi kerusakan barang pribadi akibat banjir.
Beberapa keunggulan dari Flood4Cast lainnya, yaitu memprediksi banjir di kawasan perkotaan 3 jam sebelumnya secara real-time dengan akurasi tinggi, pembaruan atau update setiap 5 menit, visualisasi skenario banjir yang akan datang ditampilkan dalam portal lokal, user-freindly, hingga ada fitur alarm/tanda bahaya. Flood4Cast juga menggunakan gambar radar untuk melakukan analisis awan hujan yang dilengkapi dengan data dari pluviometer (alat untuk mengukur curah hujan) juga sensor ketinggian air yang tidak kalah keren fungsinya.
Untuk cara kerjanya, sensor ketinggian air diletakkan dalam selokan, tujuannya untuk mengukur secara real–time seberapa banyak air yang dapat mengalir melalui selokan. Apabila ketinggian air melewati batas normal dari yang ditentukan maka sistem akan memberikan peringatan tanda bahaya. Dalam penggunaan fase pertama, Flood4Cast telah diujicoba di kota Antwerpen, Merkem, dan Ekeren, Belgia. Hujan deras yang mengguyur kota-kota tersebut pada Juni 2019 ternyata mampu diprediksi dengan sangat baik oleh Flood4Cast.
2. IoT Low-Cost Flood Inundation Sensor dan Geo-targeted Smart Alerts
Banjir juga sering kali bertandang ke negara maju seperti Amerika Serikat (AS). Merujuk data National Severe Storms Laboratory, AS banjir kerap terjadi di negara bagian dan wilayah AS. Setiap tahun banjir memakan lebih banyak korban daripada bencana alam lainnya. Bertolak dari kondisi tersebut, Departemen Sains dan Teknologi Keamanan Dalam Negeri (DHS S&T) bekerja sama dengan Lower Colorado River Authority (LCRA), Texas, AS membangun dua proyek teknologi manajemen banjir.
Di proyek pertama, mereka fokus pada IoT Low-Cost Flood Inundation Sensor yang harganya terjangkau, mengingat sensor pendeteksi banjir yang beredar di pasaran saat ini memiliki nilai jual lebih mahal. Pada proyek kedua fokus diarahkan ke Geo-targeted Smart Alerts yang bertujuan memberikan respons bencana banjir dengan lebih baik dan mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa juga properti dengan lebih cepat.
Alat sensor IoT tersebut bekerja dengan mengukur kenaikan air secara cepat dan memantau daerah rawan banjir secara real-time. Ketika hasil sudah masuk ke dalam sistem maka alat Geo-targeted Smart Alerts akan melakukan pengiriman data untuk memberi peringatan kepada pejabat, pemimpin suatu industri, dan masyarakat terkait potensi ancaman banjir melalui pesan elektronik atau Short Message Service (SMS).
3. Pantau Banjir
Pemerintah Indonesia juga tidak tinggal diam dalam mengatasi masalah banjir yang masih tak kunjung usai. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan aplikasi atau sistem pendeteksi banjir berbasis IoT “Pantau Banjir” yang merupakan bagian dari program Jakarta Smart City. Hei, warga Jakarta, apakah kamu sudah tahu aplikasi ini?
Dirilis pada 12 Februari 2017, aplikasi ini bisa kita unduh melalui ponsel pintar dengan sistem operasi Android. Pantau Banjir menyajikan data mengenai ketinggian air di pintu air dan pos pengamatan hingga operasional pompa air secara real-time. Tidak hanya itu, kita juga akan memperoleh informasi banjir sesuai dengan tanggal serta melihat berbagai laporan wilayah yang terdampak banjir dari pengguna lengkap dengan foto, alamat, hingga status penanganan.
Tampilan dari aplikasi Pantau Banjir mudah digunakan (user friendly). Terdapat beberapa menu dalam aplikasi yang dapat kita temukan, mulai dari menu Pintu Air yang menunjukkan sejumlah pintu air di Jakarta beserta statusnya, menu Pos Pengamatan yang memperlihatkan berbagai pos beserta status debit air, dan menu Pompa Air yang menyajikan jumlah pompa yang beroperasi dan berapa yang disiagakan.
Baca Juga: IoT Bikin Sepatu Compass jadi Tuan di Negeri Sendiri
Itulah tadi beragam penerapan IoT yang difungsikan untuk memantau bencana banjir. Penasaran dengan informasi perkembangan teknologi lainnya? Terus ikuti blog Docotel, ya!
Tentang Docotel
Docotel 4.0 meliputi tim yang berdedikasi, berpengalaman, dan ahli dalam menyediakan produk dan solusi yang bernilai tinggi di semua industri. Kami hadir dengan visi mengatasi permasalahan sehingga dapat menciptakan pengalaman terbaik bagi klien.
Add comment