Docotel Official Blog
Docotel: Aplikasi FaceApp: Berkembangnya Tren Edit Foto

Aplikasi FaceApp: Berkembangnya Tren Edit Foto

Keriuhan media sosial tak pernah padam, beberapa pekan ini tagar #AgeChallenge juga #FaceAppChallenge kembali digandrungi netizen. Aplikasi edit foto FaceApp menjadi penyebabnya. Aplikasi asal Rusia ini sanggup memperlihatkan wajah masa tua seseorang. Sesungguhnya FaceApp telah dirilis pada 15 Januari 2017 silam dengan menawarkan berbagai efek dan filter foto untuk para penggunanya. Aplikasi ini kembali booming dan semakin digandrungi setelah sejumlah selebritas Indonesia dan dunia turut mencobanya. Foto wajah mereka yang berubah menjadi tua diunggah di media sosial masing-masing.

Tak hanya dapat mengubah foto seseorang menjadi lebih tua, FaceApp juga memiliki fitur lain seperti mengubah wajah merengut menjadi tertawa, wajah menjadi lebih muda, wajah menjadi lebih cantik, bahkan wajah perempuan menjadi laki-laki, begitupun sebaliknya. Aplikasi ini semakin hype setelah dilakukan pembaruan dengan algoritma yang dimiliki sehingga efek dan filter pada aplikasi pengedit foto itu menjadi lebih baik dan hasilnya pun tampak seperti nyata.

Dijelaskan dalam portal resmi FaceApp, aplikasi ini menjadi sebuah editor foto canggih yang ditenagai oleh kecerdasaran buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan berhasil mendulang 80 juta pengguna aktif. Di awal kehadirannya FaceApp telah berhasil mencuri perhatian banyak warganet dan sempat memunculkan kontroversi karena salah satu filternya mampu mengubah ras seseorang. Setelah mendapatkan kecaman, filter tersebut dihapus dari aplikasi. Saat ini ada 21 filter menarik dan gratis untuk FaceApp versi dasar yang dapat diunduh di AppStore juga Google Play Store. Sementara untuk versi Pro atau Premium disertakan 28 filter unggulan yang dapat digunakan secara cuma-cuma selama masa uji coba 3 hari, setelah itu pengguna harus membayarnya.

Sang Peramu Aplikasi

Yaroslav Goncharov adalah lulusan Universitas St. Petersburg State di bidang mekanik dan matematik yang sebelumnya telah menyelesaikan pendidikan di bidang fisika di Academic Gymnasium. Goncharov mampu menyeimbangkan urusan akademik dan pekerjaan hingga mendapat kesempatan bekerja di Microsoft. Di perusahaan teknologi multinasional Amerika ini dia bekerja selama dua tahun.

Goncharov bergelut dengan dunia coding untuk neural network yang merupakan bagian kecil dari kemampuan bot atau program komputer. Tidak hanya itu, dia juga mengerjakan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan pelatihan mendalam (in-depth training), proyeknya tekait analisis suara (speech analysis). Tepat pada 2016 pria ini memutuskan untuk memanfaatkan teknologi AI untuk pengolahan foto. Berawal dari sana, aplikasi FaceApp kemudian dikembangkan. 

Teknologi Canggih untuk  Rekayasa Foto Mutakhir

Menurut Goncharov, FaceApp yang dirancang di Wireless Lab (Startup Rusia) lahir dari dua hal krusial yang menjadi tren. Pertama, nilai atau jumlah dari konten foto dan video yang terus menjamur. Ada pandangan mengenai stories di Snapcat, Instagram, dan media sosial lainnya akan mematikan model news feed seperti Twitter. Facebook pun akan mengarah ke sana. Tren berikutnya adalah teknologi neural networks atau seperti analog otak manusia yang disederhanakan dan diimplementasikan ke dalam kode komputasi. Untuk membuatnya diperlukan jaringan software (perangkat lunak) simulasi yang besar dengan kemampuan menganalisa dan menyimpan informasi. Dalam bahasa sederhananya, ini adalah salah satu cabang dari AI dan hal mendasar dari machine learning, cybernetic, dan lainnya yang mengadopsi kemampuan otak manusia sehingga dapat menganalisa bentuk wajah manusia.

Dalam jurnal Neural Networks: The Technology Behind FaceApp yang ditulis oleh Jingshui Zhang, dijelaskan teknologi spesifik yang digunakan pengembang aplikasi FaceApp, yaitu “Deep Generative Convolutional Neural Networks”. Teknologi ini cukup komprehensif untuk menjalankan beberapa tugas seperti mentransfer gaya artistik atau super resolusi, tetapi memiliki tantangan ekstrem untuk fungsi foto realistis terutama dengan gambar resolusi tinggi. Contohnya, menambahkan sudut senyuman pada foto mungkin terlihat seperti modifikasi sederhana, pada kenyataanya sangat sulit. Tersenyum bukan hanya menggerakkan bibir karena seluruh wajah berubah dengan cara halus tetapi rumit. Senyuman juga perlu diperhitungkan terkait banyaknya faktor agar efek tersebut bekerja pada foto-foto yang sebagian besarnya real life. Faktor-faktor tersebut di antaranya postur, pencahayaan, warna kulit, bentuk bibir dan mata, dan kualitas foto.

Yaroslav Goncharov percaya bahwa apa yang membedakan produknya dengan aplikasi pengedit foto lain, yaitu photorealism—lukisan dengan hasil yang mirip sebuah foto—bisa terwujud karena AI dapat menganalisis gambar asli ketika menerapkan filter dari FaceApp. Nantinya, sebuah algoritma akan mengambil sampel wajah kemudian menyesuaikannya pada contoh wajah lainnya. Hasil editan aplikasi tersebut bervariasi tergantung foto yang diambil atau digunakan, tetapi beberapa filter akan terlihat lebih realistis dibanding yang lain. Misalnya, filter senyum tampak jauh lebih natural daripada filter untuk mengubah gender.

Isu Privasi Data Pengguna Aplikasi

Meski booming, FaceApp tidak lepas dari rumor bahaya keamanan privasi para penggunanya. Jelas, bagi sebagian orang atau kelompok hal ini sangat mengkhawatirkan. Lalu, benarkah FaceApp memiliki celah pencurian data pribadi?

Sebagaimana yang dilaporkan BBC, mencuatnya isu kemanan data berawal ketika pengembang aplikasi ini, Joshua Nozzi, mengunggah foto olahan FaceApp dari ponsel pintar pelanggannya tanpa izin. Lantas, peneliti keamanan siber dari Perancis, Elliot Alderson turun tangan untuk memastikan kebenaran pernyataan tersebut. Dalam temuannya tidak ada unggahan dalam jumlah besar yang terjadi dan FaceApp hanya mengambil foto yang dimasukkan pengguna.

Goncharov mengutarakan hal senada, FaceApp tidak menggunakan foto curian (tanpa sepengetahuan pengguna) untuk menguji sistem facial recognition. Pria yang menguasai teknologi AI itu menegaskan FaceApp hanya mengunggah foto yang dipilih pengguna, menyimpan foto yang diunggah ke pusat penyimpanan data perusahaan, dan memastikan pengguna tidak mengunggah foto berulang kali. Lalu, foto akan dihapus dari penyimpanan data setelah 48 jam pengunggahan. Dengan demikian, FaceApp tidak pernah memindahkan foto lain ke pusat data perusahaan dan tidak mengirim data pengguna ke Rusia seperti isu yang merebak di masyarakat. Menurut Goncharov, kebijakan privasi FaceApp sangat umum. Selain itu, perusahaan tidak perlu menyebarkan data pengguna untuk tujuan iklan karena FaceApp telah mengantongi keuntungan dari fitur premium berbayar.

FaceApp di Indonesia

Melansir CNBC Indonesia dan Tribun News, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menganggap aplikasi pengedit foto tersebut belum membahayakan sehingga tidak ada tindakan pemblokiran. Namun, Kominfo mengimbau masyarakat agar berhati-hati mengunduh aplikasi apapun di ponsel dan menyarankan untuk mempelajari asal-usul dari aplikasi yang diunduh, termasuk FaceApp.

Hal ini berkaitan dengan banyaknya masyarakat yang tertipu aplikasi FaceApp tiruan. Seperti dipaparkan CNN Indonesia, perusahaan antivirus ESET mencatat ada 10.737 orang Indonesia yang menjadi korban aplikasi FaceApp gadungan yang diberi nama FaceApp Pro. Yudhi Kukuh, IT Security Consultant ESET Indonesia menjelaskan, tambahan kata ‘Pro’ pada aplikasi yang dapat diunduh secara gratis merupakan salah bentuk aksi dari para scammer. Padahal setiap aplikasi bertajuk Pro jelas membutuhkan proses pembayaran.

FaceApp gadungan ini bahkan tersedia melalui layanan pihak ketiga, mediafire.com. Sumber unduhan tersebut akan membuat pengguna memperoleh aplikasi yang dapat memuat malware. Tentu berbeda dengan aplikasi FaceApp yang hanya bisa diunduh lewat AppStore dan Google Play Store. ESET juga mendeteksi FaceApp Pro memanfaatkan YouTube sebagai wadah promosi. Lewat iklan yang tampil dalam video Youtube, secara tidak langsung si calon korban akan digiring untuk mengunduh aplikasi FaceApp abal-abal.

Nah, itulah beberapa informasi tentang aplikasi pengedit wajah yang sedang viral, FaceApp. Membahayakan atau tidaknya aplikasi tersebut tergantung bagaimana diri kita menyikapinya. Tidak hanya terhadap aplikasi FaceApp, jika kita sadar akan pentingnya menjaga keamanan data-data di ponsel pribadi, tentu sebelum mengunduh suatu aplikasi alangkah baiknya mencari tahu asal-usul pengembang aplikasi, ulasan, peringkat, dan lainnya.

Buat kamu yang ingin eksis dan penasaran dengan tagar #AgeChallenge atau #FaceAppChallenge, boleh-boleh saja kok ikut mengedit foto dengan FaceApp. Asal jangan gunakan FaceApp bohongan saja, ya! 

Avatar photo

Lukman M. Ardiansyah

Avatar photo

teresa iswara

Add comment

Follow us

Don't be shy, get in touch. We love meeting interesting people and making new friends.

Most discussed

Advertisement