_Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar.._
Laa illaa haillallahuwaallaahuakbar
Allaahu akbar walillaahil hamd
Gema takbir berkumandang sejak semalam menjelang tanggal 10 Dzulhijjah dalam hitungan tahun Masehi, setiap umat muslim di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha. Selain itu pada tanggal ini juga disebut sebagai Hari Raya qurban. Pada saat itu umat islam menyembelih qurban, kemudian dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya.
_ _
Mbee… mbee… mooowww…
Sepanjang jalan raya sudah banyak yang berjualan hewan qurban seperti sapi, kambing, domba, kerbau, sejak beberapa minggu yang lalu. Itu juga pertanda bahwa seluruh umat muslim sebentar lagi akan memperingati Hari Raya Idul Adha.
Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah qurban di Hari Raya Idul Adha?
Sejarah Qurban Idul Adha
Awal mula dari qurban adalah ketika Nabi Ibrahim AS mendapat mimpi yang terjadi secara berturut-turut. Dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putera kesayangannya, Ismail. Ismail merupakan putera semata wayang dari Nabi Ibrahim AS yang sangat disayangi serta ditunggu selama bertahun-tahun untuk mendapatkannya.
Singkat cerita, ternyata Ismail justru mengamini perintah dalam mimpi ayahnya tersebut. Dirinya tidak merasa takut atau marah kepada ayah kandungnya. Hal tersebut dikarenakan mimpi itu merupakan wahyu dari Allah SWT. Lantas, Ismail menjawab: “Wahai ayah, laksanakan perintah Allah yang dimandatkan untukmu. Aku akan sabar dan ikhlas atas segala yang diperintahkan Allah,” ujar Ismail kepada ayahnya, Nabi Ibrahim AS.
Nabi Ibrahim AS terkejut mendengar jawaban dari Ismail. Ia tidak menyangka anak kesayangannya itu begitu ikhlas untuk menerima perintah dari Allah SWT.
Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS dan puteranya pergi ke tanah lapang untuk menjalankan perintah Allah SWT. Ismail sudah benar-benar siap untuk disembelih oleh ayahnya. Ia merasa siap karena itu merupakan perintah dari Allah SWT. Namun, ketika Nabi Ibrahim AS mulai menggoreskan pedangnya, pedang tersebut selalu terpental.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah SWT yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim AS dan Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah SWT. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan pedang yang tumpul di leher Ismail itu.
Mulai saat itulah, setiap tahunnya umat muslim di seluruh dunia diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban oleh Allah SWT. Qurban tersebut dapat berupa domba, sapi, kerbau, ataupun unta. Serta waktu penyembelihannya dilakukan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Dimensi ibadah dalam tradisi qurban, menjadi bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Ketaatan itu harus dilandasi dengan rasa ikhlas sepenuhnya, sehingga kita menjadi dekat dengan Allah SWT. Hal inilah yang dimaksud qurban dalam pengertian ibadah. Dimensi sosial dalam tradisi qurban adalah memberikan kesejahteraan kepada lingkungan sosial berupa daging qurban yang biasanya hanya bisa dijangkau kalangan atas.
Jadi, Allah SWT selalu memerintah hamba-Nya untuk selalu mengharmonisasikan antara ibadah vertikal (hablum minallah) dan ibadah horizontal (hablum minannas). Keduanya berjalan beriringan tanpa ada sekat dan harus senantiasa berdialektika.
Sebagaimana ujian Allah kepada Nabi Ibrahim AS, hikmah dari segala peistiwa qurban adalah untuk memperoleh ridha Allah melalui ibadah dengan menjalankan apa yang menjadi perintah Allah. Namun, tidak sekedar ibadah, kita harus ikhlas dalam menjalankan setiap perintah Allah. Kalau tidak, apa yang kita kerjakan dan menurut kita ibadah, itu menjadi sia-sia karena tidak dilakukan dengan ikhlas. Inilah hakikat dari peristiwa qurban dalam idul adha.
Selamat Hari Raya Idul Adha bagi yang merayakan ?