Jika menengok ke sistem keuangan dunia yang semakin maju dan terintegrasi teknologi rasanya perbincangan mengenai Bitcoin menjadi salah satu yang paling sering didengar di jagad maya. Satoshi Nakamoto—seseorang atau mungkin sekumpulan orang yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya—memperkenalkan Bitcoin pertama kali pada 2008. Satoshi Nakamoto sampai saat ini hanya bisa dihubungi melalui surel dan media sosial. Satoshi menciptakan sebuah sistem database yang kemudian disebut Blockchain untuk menjalankan Bitcoin.
Bitcoin dan Blockchain memiliki dua pengertian yang berbeda. Bitcoin merupakan mata uang digital, sementara Blockchain adalah sistem teknologi yang digunakan untuk mencatat setiap transaksi yang dilakukan melalui Bitcoin maupun transaksi biasa. Blockchain tidak menggunakan pihak ketiga seperti bank pada umumnya, tetapi sistemnya bisa digunakan oleh seluruh nasabah.
Bagaimana Blockchain Bekerja?
Steven Suhadi, co-founder tech.id seperti yang dikutip cnnindonesia.com, menerangkan bahwa Blockchain tak ubahnya sistem Android yang membuat aplikasi berjalan dengan sistem tersebut. Bitcoin, bisa dibilang hanyalah satu aplikasi dari sistem Blockchain. “Blockchain memiliki aplikasi yang jauh lebih baik dari sekadar Bitcoin. Blockchain membawa dampak yang positif untuk Indonesia berkat transparansi dan efisiensi yang disebabkannya. Saya kira, banyak fragmentasi di Indonesia yang bisa diatasi dengan Blockchain,” ujarnya.
Menurut Harvard Business Review, Blockchain bisa dipisahkan dari Bitcoin dan digunakan untuk hal lain terkait kerja sama antarorganisasi atau individu. Blockchain sejatinya adalah sistem basis data yang memungkinkan penggunanya mengetahui semua transaksi antarsesama pengguna cryptocurrency (menggunakan kriptografi untuk keamanan) dan tercatat dalam blok-blok yang terlindungi dengan sandi-sandi rumit. Hal ini dapat menjamin keamanan data semua transaksi pengguna dan mengurangi resiko penipuan dengan data yang dapat dilihat secara umum (open source).
Blockchain akan mencatat dan memberikan validitas secara otomatis ketika seseorang membeli Bitcoin. Dikutip dari antaranews.com, Bitcoin mempunyai interkoneksi server yang membuat masing-masing server dapat saling memeriksa data yang mereka miliki. Ketika salah satu server diretas, maka server lainnya akan menganggap data tidak sah. Server Blockchain terdiri dari publik dan privat yang telah tersebar di seluruh dunia dan digunakan untuk mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan Ripple.
Blockchain menggunakan sistem yang saling terhubung sehingga memungkinkan perhitungan yang efisien. Ketika seseorang membeli koin Bitcoin, sistem komputer yang terhubung jaringan Blockchain akan mencatat dan memberikan validitas secara otomatis sehingga minim kesalahan, cepat, lebih murah, dan mudah.
Kehadiran Bitcoin dan Blockchain dalam sistem keuangan dunia mampu memberi dampak positif pada beberapa sektor di Indonesia. Namun, juga akan memberi dampak negatif pada sektor-sektor lain karena akan mengubah seluruh sistem dan mengharuskan mereka untuk melakukan migrasi dari sistem keuangan konvensional menuju sistem yang sepenuhnya menggunakan teknologi. Bidang keuangan, aset, kesehatan asuransi, hingga industri media akan merasakan dampak besar dengan hadirnya sistem ini.
Mengutip antaranews.com, saat diaplikasikan ke dalam sistem pencatatan administrasi yang lebih besar Blockchain berperan agar tidak ada lagi data ganda, misalnya untuk pencatatan administrasi akta tanah atau pekerjaan hingga ijazah pendidikan. Lebih dari itu, Blockchain pun memungkinkan untuk digunakan dalam pencatatan data pemilihan umum agar hasil suara yang dihitung lebih transparan dan tidak dapat dimodifikasi.
Bitcoin, Pimpin Tren Mata Uang Digital
Bitcoin merupakan mata uang digital jenis cryptocurrency, yakni menggunakan kriptografi untuk keamanan yang membuatnya tidak dapat dipalsukan. Layaknya valuta, Bitcoin memiliki nilai tukar dengan mata uang tertentu yang fluktuatif. Jadi, pada intinya, Bitcoin adalah mata uang, sementara Blockchain adalah sistem penyimpanan dan pencatatan data yang di dalamnya termasuk Bitcoin.
Bitcoin sempat dilarang digunakan di Indonesia. Pernyataan tersebut keluar langsung dari Bank Indonesia. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan bahwa Bitcoin bisa menciptakan black economy karena asal muasal atau penerbit uang tersebut tidak jelas. Namun, dia tidak menolak kehadiran teknologi Blockchain yang menjadi teknologi dasar beroperasinya Bitcoin dan cryptocurrency lainnya. Bitcoin memang sempat menuai ketertarikan, satuannya sempat melesat di Desember 2017 hingga $17.000 (Rp230,2 juta), padahal di awal Januari 2017 nilai satu koinnya hanya sebesar $800.
Hingga saat ini, berdasarkan data yang diperoleh dari situs trading online inforexnews.com, jumlah Bitcoin Teller Machine (BTM) di seluruh dunia telah mencapai 5.006 unit yang tersebar di lebih dari 90 negara. Pengguna uang kripto dapat membeli atau menjual Bitcoin melalui BTM. Amerika Serikat merupakan negara yang memimpin tren tersebut seiring semakin banyaknya lokasi dan format yang muncul.
Melansir CNBC, harga Bitcoin sepanjang 2019 sudah melonjak hingga 170 persen. Kenaikan nilai Bitcoin ini turut menaikkan harga uang kripto yang terintegrasi Blockchain, seperti Ethereum (platform/jaringan rantai blok publik terdistribusi yang berfokus pada menjalankan kode pemrograman dari aplikasi yang terdesentralisasi) yang melonjak dua kali lipat. Bitcoin berhasil menembus harga $11.000 atau sekitar Rp155 juta, padahal pada Juni 2018 harga Bitcoin masih di kisaran $6.500 atau sekitar Rp93 juta.
Cyronium, Cryptocurrency Asli Indonesia
Para pengembang informasi teknologi, khususnya anak-anak bangsa inovatif di Indonesia tentunya tak mau kalah dengan kemajuan cryptocurrency. Mardigu Wowiek Prasantyo, seorang pengusaha muda Indonesia merealisasikan ketertarikannya terhadap Bitcoin dengan menciptakan mata uang Cyronium pada 2018 yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat sebagai alternatif penanaman dan penyimpanan saham.
Mengutip CNBC Indonesia, Mardigu ingin masyarakat Indonesia tak lagi ragu untuk bertransaksi menggunakan mata uang kripto, terutama Cyronium. “Kami sudah menempuh jalur untuk bisa terdaftar di Bappebti,” ungkapnya. Pihaknya sedang dalam proses untuk pendaftaran sebagai perusahaan mata uang kripto di Singapura dan Estonia yang legalitasnya sudah diatur secara resmi.
Berbeda dengan Bitcoin, Cyronium memungkinkan konsumen mendapatkan aset jaminan berupa koin dalam bentuk fisik. Dengan jaminan koin fisik ini Mardigu berharap Cyronium bisa menjadi aset investasi yang lebih stabil, terjamin, dan melindungi modal yang ditanam investor. “Hal tersebut akan mencegah harga Cyronium untuk tidak turun drastis seperti cryptocurrency lainnya,” jelasnya lebih lanjut kepada CNBC Indonesia.
Situs cyronium.com pun menginformasikan bahwa mata uang Cyronium diciptakan oleh sekelompok anak muda dari Yogyakarta yang melakukan eksperimen sejak 2013 lalu. Tim ini berhasil melakukan project sale up mereka yang pertama, meski dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam eksperimen tersebut mereka berhasil memulai bisnis dari nol sampai skala pabrik (keluar dari zona UMKM dalam waktu satu setengah tahun).
Cyronium memang memfokuskan bisnisnya untuk para pelaku UMKM dengan harapan bisnis UMKM tersebut ikut meningkat dalam waktu yang tidak lama. Cyronium Scale Up Project pada akhirnya benar-benar melakukan scale up hingga keluar dari zona UMKM dalam waktu satu minggu dan terus mendukung UMKM menjadi pemain terbesar nasional di industrinya masing-masing.
Berbagai program yang dijalankan swasta maupun pemerintah yang saat ini sudah berhasil membawa perubahan pada iklim bisnis di Indonesia dimanfaatkan dengan baik oleh Cyronium. Saat ini, Cyronium berupaya berkontribusi memberdayakan UMKM agar lebih impactful dengan melibatkan talenta-talenta terbaik Indonesia untuk langsung turun membantu UMKM, bukan sekadar membuat seminar atau seremonial yang sarat formalitas. Cyronium juga membantu puluhan UMKM dan digital Small Medium Enterprise (SME) untuk keluar dari zona UMKM tanpa pendanaan dari investor asing.
Selain membangkitkan semangat berinovasi generasi penerus bangsa ini, ternyata Bitcoin juga menginspirasi Facebook untuk menciptakan mata uang sendiri. ya, Libra telah digadang-gadang menjadi salah satu penyebab melonjaknya harga Bitcoin. Ikuti terus bagaimana geliat Blockchain juga Libra di artikel selanjutnya, ya!
Add comment